Dalam satu bulan belakang ini, saya dan teman-teman lain yang mengambil kelas Teknik Wawancara disibukkan dengan praktek wawancara di lab dengan tiga setting yang berbeda yaitu PIO, pendidikan, dan klinis. Kemudian juga kami diberikan tugas akhir untuk wawancara di panti yang telah ditentukan, dan saya beserta kelompok mendapatkan bagian wawancara ke panti RPLU, Jelambar. Pada saat pertama kali saya praktek wawancara di lab dengan setting PIO, saya merasa sangat gugup. Mungkin karena pertama kali praktek, jadi saya belum pernah merasakan dan rasa guguplah yang dominan timbul pada diri saya. Pada saat praktek setting PIO, saya merasa gugup, kurang lancar, dan kurang luwes pada saat pelaksanaannya. Saya takut bahwa waktu yang diberikan terasa lama dan pertanyaan yang saya tanyakan akan habis sebelum waktunya. Namun ternyata anggapan saya salah, justru pada saat di dalam lab dan proses wawancara berlangsung terasa cepat dan menyisakan banyak pertanyaan yang belum saya tanyakan. Dala
Social History sendiri memiliki arti riwayat sosial. Tujuan utama mengetahui riwayat sosial klien adalah untuk dapat menggali informasi lebih dalam dan dapat menemukan informasi yang merupakan dasar masalah dari klien. Kemudian tujuan lain dari riwayat sosial adalah untuk mendengar persepsi dan melihat ekspresi dari klien mengenai perasaanya yang ditimbulkan dan berkaitan pada saat bercerita mengenai berbagai riwayat sosialnya, tentunya membantu menemukan akar masalahnya dimana klien merasa tidak nyaman pada hal tertentu di dalam riwayat sosialnya. Pada saat melakukan proses wawancara pertama dengan klien, interviewer pasti mewawancarai mengenai riwayat sosial klien. Ada beberapa area dari riwayat sosial yang harus diperoleh oleh interviewer yang saya rangkum dibawah ini, area yang dimaksud yaitu: 1. Family History Riwayat keluarga, dengan siapa saja klien tinggal, masalah-masalah yang pernah terjadi di dalam keluarga, siapa saja anggota keluargan