Skip to main content

Pentingnya untuk Mengetahui “Social History” Klien, Must Read This!


        Social History sendiri memiliki arti riwayat sosial. Tujuan utama mengetahui riwayat sosial klien adalah untuk dapat menggali informasi lebih dalam dan dapat menemukan informasi yang merupakan dasar masalah dari klien. Kemudian tujuan lain dari riwayat sosial adalah untuk mendengar persepsi dan melihat ekspresi dari klien mengenai perasaanya yang ditimbulkan dan berkaitan pada saat bercerita mengenai berbagai riwayat sosialnya, tentunya membantu menemukan akar masalahnya dimana klien merasa tidak nyaman pada hal tertentu di dalam riwayat sosialnya.
     Pada saat melakukan proses wawancara pertama dengan klien, interviewer pasti mewawancarai mengenai riwayat sosial klien. Ada beberapa area dari riwayat sosial yang harus diperoleh oleh interviewer yang saya rangkum dibawah ini, area yang dimaksud yaitu:
            1.    Family History
Riwayat keluarga, dengan siapa saja klien tinggal, masalah-masalah yang pernah terjadi di dalam keluarga, siapa saja anggota keluarganya, yang semuanya bertujuan untuk mengetahui apakah ada simptom yang memang juga terdapat pada anggota keluarga lainnya, apakah problem yang dimiliki klien merupakan keturunan secara biological atau tidak.
            2.    Educational History
Level pendidikan klien, yang dapat memberikan informasi mengenai pendidikan klien yang menggambarkan bagaimana performa akademik klien.
            3.    Occupational Training/ Job History
Pengalaman bekerja klien, untuk melihat apakah klien tipe orang yang sering berpindah pekerjaan atau tipe orang yang bertahan dalam suatu perusahaan. Apa motivasi dan apakah pekerjaannya sesuai dengan minat dan yang ia inginkan?
            4.    Marital History
Riwayat pernikahan klien. Apakah klien sudah pernah menikah sebelumnya, atau sudah pernah menikah berapa kali dalam hidupnya sampai sekarang, ataupun yang masih menikah sampai sekarang. Hal ini dapat membantu pewawancara untuk mempelajari bagaimana gambaran persepsi klien mengenai hubungannya.
            5.    Interpersonal Relationship/ Social Networking
Gambaran mengenai hubungan klien dengan dunia sosialnya, dengan teman-teman, rekan kerja, dan masyarakatnya. Hal ini dapat membantu pewawancara melihat pandangan klien mengenai bagaimana hubungan sosial seharusnya dilakukan.
            6.    Recreational Preferences
Menggambarkan mengenai bagaimana seseorang menikmati waktu liburannya untuk bersenang-senang. Karena jika terjadi masalah dalam hal ini seperti kurangnya waktu bersenang-senang, cenderung memudahkan klien untuk kecanduan alcohol, maupun obat-obatan terlarang.
            7.    Sexual History
Topik ini merupakan satu topik yang cukup sensitive untuk dibicarakan, sehingga pewawancara harus berhati-hati dalam menggunakan tata bahasanya. Dalam hal ini pewawancara dapat melihat apakah ada kemungkinan untuk terjadi konflik seksual di dalam hubungan klien.
            8.    Medical History
Riwayat medis yang dimiliki klien. Riwayat medis yang dimiliki keluarga, krusial terhadap riwayat medis klien karena besar peluang untuk klien diturunkan riwayat medisnya. Kemudian bila terdeteksi gangguan pada fisik klien, sebelum dilakukan psikolgis ada baiknya diobati secara fisik terlebih dahulu.
             9.    Psychotherapy History
Pengalaman mengikuti dan mendapatkan psikoterapi, apakah sudah pernah atau belum, jiksa sudah pernah ini member informasi mengenai penanganan terdahulu dalam psikoterapi klien.
            10.  Legal History
Riwayat hukum yang dimiliki klien, apakah klien pernah berurusan dengan hukum ataupun kepolisian, apakah klien pernah bertindak yang tidak sesuai aturan dan dipermasalahkan secara hukum. Hal ini dapat mengindikasikan jika klien pernah melakukan perilaku yang tidak seharusnya dan melanggar hukum, dapat dilihat patologisnya.
           11.  Alcohol and Substance Abuse
Riwayat apakah klien merupakan seorang yang memang suka meminum alcohol tidak berlebihan, dan bukan untuk mabuk-mabukan atau memang klien seorang pecandu alcohol.
           12.  Nicotine and Caffein Consumption
Riwayat mengenai pengkonsumsian nikotin dan kafein, apakah klien seorang perokok dan suka minum kopi.
           13.  Religion
Latar belakang agama dan kepercayaan yang di anut klien, disini dapat melihat apakah klien memiliki kepercayaan terhadap agamanya ataupun belum memiliki orientasi yang jelas.
     Kemudian ada yang perlu diperhatikan dalam proses pewawancaraan terhadap anak dan dewasa karena memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Yang pertama, area yang perlu di wawancarai pada proses wawancara dengan anak, yaitu:
       -  Childhood
       -  Growing Up
       -  Asking About Abuse
       -  Education
       -  Medical History
       -  Personality Trait and Disorder
       -  Family History
Sedangkan area penting yang perlu diketahui dari riwayat sosial dewasa adalah:
       -  Work History
       -  Legal History
       -  Religion
       -  Current Living Situation
       -  Social Network/ Interpersonal Relationship
       -  Marital Status
       -  Recreational Preferences
       -  Medical History
       -  Personality Trait and Disorder
       -  Family History
     Secara keseluruhan, area untuk anak dan dewasa membutuhkan riwayat sosial yang hampir sama. Namun perbedaan hanya terletak pada area yang memang belum dapat dilakukan pada anak-anak seperti riwayat kerja, marital status, dan komunikasi antar intrapersonal. Kemudian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi pewawancara yang baik dalam mendapatkan data mengenai riwayat sosial klien, diantaranya adalah:
       -  Dengarkan cerita yang dipaparkan oleh klien dengan seksama
       -  Jika diperlukan, berbicaralah hal-hal yang penting saja
       -  Jangan menginterogasi klien
       -  Perhatikan budaya, dan perbedaan yang ada pada klien kita
       -  Ajak klien untuk menceritakan ceritanya dengan jelas, menggunakan probing yang baik 

     Demikian tulisan saya kali ini mengenai pentingnya riwayat sosial dalam interview, semoga bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Sampai jumpa di lain kesempatan! Xoxo

Comments

Popular posts from this blog

My Impression for Some of Interview Experiences

     Dalam satu bulan belakang ini, saya dan teman-teman lain yang mengambil kelas Teknik Wawancara disibukkan dengan praktek wawancara di lab dengan tiga setting yang berbeda yaitu PIO, pendidikan, dan klinis. Kemudian juga kami diberikan tugas akhir untuk wawancara di panti yang telah ditentukan, dan saya beserta kelompok mendapatkan bagian wawancara ke panti RPLU, Jelambar. Pada saat pertama kali saya praktek wawancara di lab dengan setting PIO, saya merasa sangat gugup. Mungkin karena pertama kali praktek, jadi saya belum pernah merasakan dan rasa guguplah yang dominan timbul pada diri saya. Pada saat praktek setting PIO, saya merasa gugup, kurang lancar, dan kurang luwes pada saat pelaksanaannya. Saya takut bahwa waktu yang diberikan terasa lama dan pertanyaan yang saya tanyakan akan habis sebelum waktunya. Namun ternyata anggapan saya salah, justru pada saat di dalam lab dan proses wawancara berlangsung terasa cepat dan menyisakan banyak pertanyaan yang belum saya tanyakan. Dala

Tugas Review Tekhnik Wawancara (Bag.Klinis)

Febriani Sifa Amalia 705100095 Kelas C Tugas Tekhnik Wawancara Review Presentasi Wawancara Psikolog Klinis      Pada tugas kali ini, wawancara terhadap piskolog klinis dewasa dan anak, masing-masing dilakukan oleh dua kelompok. saya mulai dengan review kelompok pertama: Kelompok Psikolog Klinis Dewasa Kelompok klinis dewasa yang pertama:      Subjek menjelaskan mengenai pentingnya pemahaman kita mengenai wawancara. Karena   wawancara merupakan a lat atau modal utama bagi para lulusan sarjana psikologi yang benar-benar harus dikuasai . Kemudian untuk melengkapi kemampuan dasarnya, untuk lebih mengenal kliennya seorang psikolog memerlukan w awancara dan observasi , serta alat tes sebagai tambahannya untuk memperkuat asumsi. Subjek menggunakan tekhnik wawancara karena tidak butuh tes yang banyak dan rumit, serta hanya perlu menguasai tekhnik wawancara yang baik. Prosedur pada saat wawancara dilakukan oleh subjek tidak terstruktur, tidak menggunakan panduan wawancar